Yesus Kristus Adalah Gambar Allah
5 Desember 2022
YESUS KRISTUS ADALAH GAMBAR ALLAH
“Aku dan Bapa adalah satu.” Yohanes 10:30.
“Mereka akan menamakan Dia Imanuel,. .. Allah menyertai kita.” “Terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah” nampak “pada wajah Kristus.” Sejak masa kekekalan Tuhan Yesus Kristus satu dengan Bapa; Ialah “gambar Allah,” peta kebesaran dan keagungan-Nya, “cahaya kemuliaan-Nya.” Untuk menyatakan kemuliaan inilah Ia datang ke dunia ini. Ke bumi yang sudah digelapkan oleh dosa ini Ia datang untuk menyatakan terang kasih Allah,–menjadi “Allah menyertai kita.” Karena itulah maka telah dinubuatkan tentang Dia, “Mereka akan menamakan Dia Imanuel.”
“Oleh datang tinggal bersama kita, Yesus harus menyatakan Allah baik kepada umat manusia maupun kepada segala malaikat. Ialah Firman Allah, buah pikiran Allah yang diperdengarkan. Dalam doa-Nya untuk murid-murid-Nya Ia berkata, “Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka,”-“penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya,”-“Supaya kasih yang Engkau berikan kepadaKu ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.” Akan tetapi bukan untuk anak-anak-Nya di dunia ini saja pernyataan ini dikeluarkan. Dunia kita yang kecil ini adalah buku pelajaran semesta alam. Maksud anugerah Allah yang ajaib, rahasia kasih penebusan, ialah pokok pikiran yang “ingin diketahui oleh malaikat-malaikat,” dan yang akan menjadi mata pelajaran mereka sepanjang masa kekekalan. Baik umat tebusan maupun makhluk-makhluk yang tidak jatuh ke dalam dosa akan mendapat ilmu pengetahuan serta nyanyian mereka itu di salib Kristus. Akan tampaklah kelak bahwa kemuliaan yang bersinar pada wajah Yesus itu ialah kemuliaan kasih yang lahir dari pengorbanan diri. Dalam terang yang dari Golgota akan tampak kelak, bahwa hukum kasih yang lahir dari penyangkalan diri ialah hukum hidup untuk bumi dan surga; bahwa kasih yang “tidak mencari keuntungan diri” bersumber dalam hati Allah; dan bahwa dalam diri Pribadi yang lemah lembut dan rendah hati itu ternyata tabiat Dia yang bersemayam dalam terang, yang tidak dapat dihampiri oleh seorang pun juga.” –The Desire of Ages, hal. 19.