Tidak Seorangpun Yang Boleh Dibebani Oleh Nilai Pribadi Orang Lain

21 Mei 2022

TIDAK SEORANGPUN YANG BOLEH DIBEBANI OLEH NILAI PRIBADI ORANG LAIN

Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.” Ibrani 12:2.

“Tuhan tidak menghendaki agar nilai pribadi kita dihancurkan; bukanlah tujuan-Nya untuk membuat dua orang akan menjadi persis sama dalam selera dan watak. Setiap pribadi memiliki karakteristik yang khas pada diri mereka sendiri, dan ini tidak untuk dihancurkan, tetapi untuk dilatih, dibentuk, dan diubahkan, menjadi serupa dengan Kristus. Tuhan hendak mengarahkan agar bakat dan kemampuan alami menjadi saluran yang menguntungkan. Dalam meningkatkan nilai kemampuan yang telah Tuhan berikan, maka bakat dan kemampuan akan dikembangkan jika agen manusia mau mengakui kenyataan bahwa semua kekuatannya adalah anugerah dari Tuhan, untuk dipergunakannya, bukan untuk tujuan kepentinganya sendiri, tetapi untuk kemuliaan Tuhan dan kebaikan sesama… –Mind, Character, and Personality, jilid 2, hal. 424.
“Tuhan mengizinkan setiap manusia untuk menjalankan hidup pribadinya. Dia tidak menginginkan siapa pun untuk menenggelamkan pikirannya ke dalam pikiran sesama manusianya. Barangsiapa yang mau diubahkan dalam pikiran dan tabiat tidak boleh memandang kepada manusia, tetapi kepada Teladan ilahi. Tuhan memberikan undangan, ‘Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,’ (Filipi 2:5). Melalui pertobatan dan perubahan hidup, manusia harus menerima pikiran Kristus. Setiap orang harus berdiri di hadapan Allah dengan iman, dan pengalaman pribadinya sendiri, dan merasakan bagi dirinya sendiri bahwa Kristus yang adalah harapan kemuliaan itu sedang dibentuk di dalam hatinya. Bagi kita yang meniru contoh sesamanya, siapapun itu, bahkan orang yang mungkin kita anggap hampir sempurna dalam tabiatnya sekalipun, akan kedapatan menempatkan kepercayaannya pada manusia yang cacat, yang tidak mampu memberikan sedikit pun nilai kesempurnaan.” –Mind, Character, and Personality, jilid 2, hal. 428.

 

Leave a Reply

  Subscribe To Newsletter
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER

Keep up to date with the latest news, articles and weekly Sabbath School Lessons. In order to subscribe please provide us with your contact details bellow.

Note: We hate spam emails and we will never share your details with anyone else.

×