Teladan Petrus

26 Agustus 2022

Teladan Petrus

Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” Lukas 22:32.

“Kejatuhan Petrus tidak terjadi tiba-tiba, tetapi bertahap. Keyakinan atas diri sendiri telah membawa dia kepada keyakinan bahwa dia telah selamat, dan langkah demi langkah ditempuhnya dalam jalan yang menurun, sampai akhirnya ia menyangkal Tuhan-Nya. Kita tidak akan pernah dapat tinggal aman dengan berharap terhadap keyakinan atas diri sendiri, atau sekedar merasa diri telah berada di pihak surga, sehingga kita merasa aman terhadap pencobaan. Orang yang menerima Juruselamat, betapapun tulusnya pertobatannya, tidak pernah boleh diajarkan untuk mengatakan atau merasa bahwa mereka sudah selamat. Ini menyesatkan. Setiap orang harus diajar untuk mendambakan pengharapan dan iman; tetapi meski kita menyerahkan diri kita kepada Kristus dan tahu bahwa Ia menerima kita, bukan berarti kita telah berada di luar jangkauan pencobaan… ‘sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan.’ (Yakobus 1:12).” –Christ’s Object Lessons, hal. 155.

“Sebelum kejatuhannya, Petrus selalu berbicara tanpa berpikir panjang, dan sekedar mengikuti dorongan hatinya pada saat itu juga. Ia selalu sibuk memperbaiki orang lain, dan terburu-buru mengungkapkan isi pikirannya sebelum ia memiliki pengertian yang terang tentang dirinya sendiri atau tentang apa yang hendak dikatakannya itu. Tetapi Petrus yang sudah bertobat sangatlah berbeda. Ia tetap memelihara semangatnya yang dahulu, tetapi kasih karunia Kristus telah mengatur semangatnya itu. Ia tidak lagi bersemangat dengan cara sembrono, dan percaya pada diri sendiri saja, dan meninggikan diri, melainkan, ia menjadi tenang, dapat mengendalikan diri, dan dapat diajar. Pada waktu itulah ia dapat memberi makan domba-domba dalam kawanan Kristus.

“Cara Juruselamat memperlakukan Petrus mengandung pelajaran baginya dan bagi saudara-saudaranya. Hal itu mengajar mereka tentang bagaimana caranya untuk dapat menghadapi orang yang melanggar dengan kesabaran, simpati, dan kasih yang suka mengampuni. Meski pun Petrus telah menyangkal Tuhannya, kasih Yesus baginya tidak pernah goyah. Justru kasih seperti itulah yang harus dirasakan oleh gembala bagi domba dan anak domba yang diserahkan pada pemeliharaannya. Mengingat kelemahan dan kegagalannya sendiri, Petrus harus memperlakukan sekawanan dombanya dengan lemah lembut, sebagaimana Kristus telah memperlakukan dia.” –The Desire of Ages, hal. 812, 815.

Leave a Reply

  Subscribe To Newsletter
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER

Keep up to date with the latest news, articles and weekly Sabbath School Lessons. In order to subscribe please provide us with your contact details bellow.

Note: We hate spam emails and we will never share your details with anyone else.

×