Tabiat Kristus Harus Menjadi Tabiat Kita
4 Februari 2022
TABIAT KRISTUS HARUS MENJADI TABIAT KITA
“Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” 2 Korintus 8:9.
“Kristus adalah teladan yang agung; Tabiat-Nya harus menjadi tabiat kita. Segala keunggulan ada pada-Nya. Dengan memalingkan pandangan dari manusia dan segala teladan lainnya, dengan wajah terbuka kita memandang pada Yesus dalam segala kemuliaan-Nya. Dan ketika pikiran mereka dipenuhi dengan gagasan-gagasan keagungan dan kebesaran-Nya yang luar biasa; maka setiap objek lain pun tenggelam menjadi tidak berarti, dan setiap bagian dari disiplin moral yang tidak meningkatkan keserupaan mereka dengan citra-Nya pun sirnalah.” –Selected Messages, buku 1, hal. 362.
“Dalam memberikan contoh kepada manusia tentang apa dan bagaimana yang seharusnya mereka lakukan, Yesus, Penebus dunia, tidak memiliki jalan yang mulus untuk dilalui….
“Yesus adalah Panglima di surga, namun di bumi Ia telah tampil sebagai salah seorang hamba yang melayani. Tanpa mengeluh Dia telah mengalami penderitaan, dan menjalani kehidupan sebagai seorang manusia yang miskin. Dia tidak menikmati kemewahan yang melingkupi banyak orang yang mengaku sebagai pengikut-Nya; Dia telah mengajari hidup tanpa kesenangan, kemudahan, atau kenyamanan-Nya. Dia adalah seorang manusia yang terbiasa dengan kesedihan dan kesengsaraan. Seluruh hidupnya adalah penyangkalan diri, dan doa-Nya ialah, ‘bukan kehendak-Ku ya Bapa, melainkan kehendak-Mu.’ (Markus 14:36; Lukas 22:42).” –That I May Know Him, hal. 156.
“Kristus telah meninggalkan suatu teladan bagi kita, bahwa kita harus mengikuti jejak langkah-Nya. Dia selalu berupaya menjangkau yang paling membutuhkan, paling putus asa, dan, tertarik oleh simpati-Nya, mereka pun datang mendekat pada-Nya. Dia meyakinkan setiap jiwa yang menderita, yang membutuhkan, dan yang berdosa bahwa mereka tidak akan pernah kekurangan Dokter rohani yang hebat untuk memberi mereka pertolongan rohani. Kita berdiri terlalu jauh dari penderitaan kemanusiaan. Mari kita menarik diri kita lebih dekat kepada Kristus, agar jiwa kita dapat dipenuhi dengan rahmat-Nya, dan kitapun dipenuhi dengan kerinduan untuk membagi-bsgikan rahmat ini kepada orang-orang lain.” –Evangelism, hal. 524.