5 Maret 2022

TABIAT ALLAH DIEKSPRESIKAN DALAM SEPULUH PERINTAH

“Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu.” Mazmur 119:18.

“Tabiat Allah diekspresikan dalam Sepuluh Perintah. Untuk dapat mengenal Allah apa adanya, hukum-Nya inilah ilmu tentang segala kebaikan dan kebenaran dan keadilan. Kita harus menaati setiap ekspresi tabiat-Nya sebagaimana yang dinyatakan dalam hukum-Nya.
“Tuhan menghendaki ketaatan, bukan untuk tujuan menunjukkan otoritas-Nya, melainkan kita dapat menjadi satu dengan Dia dalam tabiat. Kita akan menemukan di dalam Allah sifat-sifat tabiat yang dibutuhkan untuk membentuk tabiat seturut rupa-Nya. Kita harus membentuk tabiat yang selaras dengan Keilahian. Dengan demikian kodrat kita menjadi rohani di setiap kesanggupannya.
“Kami tidak mungkin sanggup menjelaskan dengan sepenuhnya dalam kata-kata kita sendiri tentang kemuliaan dan keagungan Allah. Itu di luar kemampuan kita. Tapi kita bisa menikmati perenungan akan Allah, dan merasakan kehadiran-Nya. Kita dapat mengenal tentang Dia, karena pengenalan ini dapat ditanggung oleh manusia. Kita pun dapat bercakap-cakap dengan-Nya dalam doa.
“Kadang-kadang, ketika iman sepenuhnya berpaut kepada-Nya, kita memang dapat bercakap-cakap dengan-Nya, dan dengan iman kita disanggupkan untuk memandang Dia Yang Tak Terlihat. Iman mengungkapkan Dia dan kita pun merenungkan segala yang dapat kita tanggung. Ketika di saat-saat kesulitan dan kebingungan kita percaya sepenuhnya kepada-Nya, maka kita akan memiliki perasaan yang hidup tentang kehadiran dan kuasa-Nya yang menyukakan dan meliputi segalanya. Kita juga akan menyadari bahwa Allah memang kekuatan kita dan bagian kita untuk selama-lamanya. Kita bisa menjadi satu dengan Kristus di dalam Allah. Tetapi jangan lah kita berusaha mendefinisikan Allah sebagai sesuatu hal. Jangan, dan jangan pernah, sekalipun juga, berani menempatkan Allah di tempat ciptaan-Nya.” –The Upward Look, hal. 347.