Seorang Penolong dalam Segala Ujian Kita
6 Juli 2022
SEORANG PENOLONG DALAM SEGALA UJIAN KITA
“Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau.” Yesaya 54:10.
Melalui segala ujian kita mempunyai seorang Penolong yang tidak pemah gagal. Ia tidak meninggalkan kita sendirian untuk bergumul dengan pencobaan, dan bertempur dengan kejahatan, dan akhirnya diremukkan dengan beban dan kesusahan. Meskipun sekarang la tersembunyi dari pandangan manusia yang fana, namun telinga iman dapat mendengar suara-Nya … Aku telah menderita kesusahanmu, mengalami pergumulanmu, menemui pencobaanmu. Aku mengetahui air matamu: Aku juga telah merasakan tangis sepertimu. Aku tahu tentang kesedihan yang begitu mendalam, yang bahkan tidak sanggup untuk dibisikkan ke dalam telinga manusia. Jangan berpikir bahwa engkau hanya sendirian dan ditinggalkan. Meskipun kepedihanmu tidak mendapat simpati dalam hati siapa pun di dunia ini, pandanglah kepada-Ku, dan hiduplah. –The Desire of Ages, hal. 483.
“Carilah Tuhan untuk memperoleh hikmat dalam setiap keadaan darurat. Dalam setiap pencobaan memohonlah kepada Yesus untuk menunjukkan jalan keluar dari masalah-masalahmu, maka matamu akan terbuka untuk melihat obatnya dan untuk menerapkan pada kasusmu janji penyembuhan yang telah dicatat dalam Firman-Nya. Dengan cara ini musuh tidak akan menemukan tempat untuk membawamu ke dalam duka dan ketidakpercayaan, tetapi sebaliknya engkau akan memiliki iman dan harapan dan keberanian di dalam Tuhan. Roh Kudus akan memberimu pemahaman yang jelas sehingga engkau dapat melihat dan mengambil setiap berkat yang akan bertindak sebagai penawar kesedihan, dan sebagai cabang penyembuhan untuk setiap aliran kepahitan yang beraada di bibirmu. Setiap jejak kepahitan akan melebur dengan kasih Yesus, dan sebagai ganti mengeluh akan kepahitan, engkau justru akan menyadari bahwa kasih dan anugerah Yesus begitu melebur dengan dukacitamu sehingga telah mengubahnya menjadi sukacita yang tenang, kudus, dan disucikan.” –Selected Messages, buku 2, hal. 273.