PERTOLONGAN DARI BAIT SUCI
PELAJARAN SEKOLAH SABAT SEMESTER KEDUA 2022
PERTOLONGAN DARI BAIT SUCI
_____________________
PENDAHULUAN
Pernahkah engkau harus jauh dari keluarga dan orang yang engkau kasihi? Bagaimana perasaanmu? Apakah engkau mampu menahan perpisahan dari mereka untuk waktu yang lama? Sukacita besar apa yang engkau rasakan ketika engkau mendengar kabar dari mereka, ketika engkau mendengar suara mereka, dan ketika engkau tahu dengan pasti bahwa mereka baik-baik saja? Setelah berbincang dengan mereka, apakah kerinduanmu? Yang pasti adalah agar perpisahan yang lama itu segera berakhir dan engkau bisa kembali ke rumah untuk memeluk orang-orang yang engkau kasihi dan menikmati lagi kasih sayang dan kelemah-lembutan mereka. Dengan cara yang sama, tetapi bahkan jauh lebih dari itu, Tuhan menikmati persekutuan-Nya dengan kita dan keberadaan-Nya di dalam kita dan dengan kita. Karena Ia ingin dekat dengan umat-Nya maka Ia memberikan petunjuk: “Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka.” Keluaran 25:8. Kerinduan-Nya sungguh menggetarkan hati: “Aku akan menempatkan Kemah Suci-Ku di tengah-tengahmu dan hati-Ku tidak akan muak melihat kamu. Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku.” Imamat 26:11,12.
Beberapa orang berpikir bahwa bagi seseorang untuk menjadi dekat dengan Tuhan, dia harus yang pertama mengambil langkah pertama dan bisa jadi lebih dari satu langkah. Ada orang-orang yang bahkan sampai membuat pengorbanan-pengorbanan, mematikan keinginan daging, dan mengalami penderitaan dan kesakitan untuk dapat mencapai Tuhan dengan doa, persembahan, dan kekuatan manusiawi mereka. Namun, walaupun upaya-upaya itu bisa saja menunjukkan bahwa seseorang tertarik dalam menemukan Tuhan, namun apa yang tertulis menyatakan bahwa inisiatif itu datang dari Tuhan; Dia-lah yang terlebih dahulu mencari persekutuan dan komunikasi dengan manusia. Tuhan, telah, dan selalu berusaha mengambil langkah pertama untuk mendekati umat-Nya dan tinggal bersama mereka, menganggap mereka sebagai putra dan putri-Nya yang sangat terhormat.
Oleh karena itu ada tertulis: “… Israel,…keturunan Abraham, yang Kukasihi (sahabat-Ku). Engkau yang telah Aku ambil dari ujung-ujung bumi, dan yang telah Kupanggil dari penjuru-penjurunya,…
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan kebenaran-Ku (yang membawa kemenangan).” Yesaya 41:8-10.
Salah satu cara agar bangsa Israel dapt tinggal dekat dengan Allah dan Ia dapat bersekutu dengan umat-Nya adalah melalui Bait Suci. Di Gunung Sinai, Tuhan menunjukkan kepada Musa model sempurna dari tabernakel itu, dan menghadirkan tata cara pelayanan, persembahan, dan pengorbanannya yang lengkap, untuk menjadi sarana berkomunikasi dengan Nya. Dia bahkan menyediakan jalan bagi umat-Nya untuk berkonsultasi langsung dengan Dia dan menerima jawaban untuk berbagai masalah yang sulit. Dia secara pribadi hadir di dalam tempat perlindungan di Shekinah, dan di luar, yakni di dalam tiang awan dan tiang api yang menaungi mereka, dan menerangi perkemahan, dan membimbing mereka dalam perjalanan mereka. Merupakan hak istimewa yang benar-benar luar biasa bagi mereka untuk mengetahui bahwa harapan dan keselamatan mereka senantiasa terjamin di dalam Dia dan bahwa Dia selalu ada di sana, berdiam bersama mereka.
Tentang pentingnya Bait Suci Roh nubuat telah menulis: “Pelayanan kaabah yang khidmat itu melambangkan kebenaran-kebenaran yang agung yang harus dinyatakan sepanjang generasi-generasi berikutnya. Asap pedupaan yang naik bersama-sama dengan doa bangsa Israel menggambarkan hanya kebenaran-Nya saja sebagai satu-satunya yang dapat menjadikan doa dari orang berdosa berkenan kepada Allah; korban yang berlumuran darah di atas mezbah itu menyaksikan tentang seorang Penebus yang akan datang; dan dari ruangan yang maha suci tanda dari Hadirat ilahi yang kelihatan itu terpancar. Dengan demikian sepanjang zaman kegelapan dan kemurtadan, iman tetap hidup di dalam hati manusia sampai tiba saatnya bagi kedatangan Mesias yang telah dijanjikan itu.” –Patriarchs and Prophets, hal. 367.
Pemazmur sungguh rindu untuk senantiasa berada di pelataran rumah Tuhan, lebih daripada tempat lain manapun juga, “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.” Disanalah ditemukannya kekuatan dan kemuliaan yang kekal: “Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu.” Diterimanya pertolongan dan sokongan daripada-Nya: “Kiranya dikirimkan-Nya bantuan kepadamu dari tempat kudus dan disokong-Nya engkau dari Sion.” “Allah adalah dahsyat dari dalam tempat kudus-Nya; Allah Israel, Dia mengaruniakan kekuasaan dan kekuatan kepada umat-Nya. Terpujilah Allah!” Mazmur 84:11; 63:3; 20:3; 68:36. Selama berabad-abad, begitulah semua orang percaya yang melakukan perjalanan jauh rindu untuk pergi ke rumah Tuhan.
Awalnya tempat perlindungan itu dibuat dari tenda yang bisa dilepas dan diangkut berpindah tempat. Dimulai di Gunung Sinai, orang Lewi dapat membongkar dan kemudian memasang kembali rumah ibadah itu di lokasi yang berbeda dimanapun Tuhan membimbing umat-Nya. Setelah mereka bermukim di Kanaan, Bait Suci memiliki lokasi yang lebih menetap; Namun, bahkan kemudian sempat dipindahkan juga. Baru pada zaman Salomo ”kemah” portabel dari Bit Suci dapat dipindah-pindahkan menjadi ”Bait Suci” permanen yang dibangun di Yerusalem.
Namun, Israel tidak selalu menghargai hak istimewa yang besar untuk memiliki bait suci itu, yang adalah tempat hadirat Sang Pencipta, di tengah-tengah mereka. Ada saat-saat ketika bait suci itu malah tidak lagi menjadi tempat yang dianggap menarik dan tidak dianggap berkat bagi orang-orang. Di masa kemurtadan, tempat itu bahkan dinodai. Karena hal inilah, dan juga karena kondisi kerohanian mereka yang kian merosot, maka Tuhan mengizinkan bangunan suci itu dihancurkan oleh tentara Babel. Setelah puluhan tahun tidak aktif, pada masa Ezra, bait suci dibangun kembali dan kebaktian didirikan kembali, dengan didukung oleh pengorbanan pribadi yang besar di tengah penentangan yang keras. Namun, nyatanya, nilai kerohaniannya masih terus kurang, dan Yesus bahkan mendapati bahwa bait suci itu telah dinodai dan makna sebenarnya telah hilang dari pandangan orang-orang. Ketika Dia menyerahkan hidup-Nya sebagai Pengorbanan-Nya yang sejati untuk dosa dunia, yang dengan demikian memenuhi perlambangan sesuai nubuat tentang bait suci dan pelayanannya, tabir yang memisahkan Bilik Suci dari Bilik Maha Suci terkoyak dari atas ke bawah tanpa campur tangan manusia, mengakhiri segenap pelayanan di bait suci itu.
Setelah naik ke surga, Yesus memulai pelayanan-Nya sebagai Imam Besar menurut aturan Melkisedek, pertama, di Bilik Suci, dan kedua, di Bilik Maha Suci. Dia hidup untuk menjadi Pengantara bagi umat-Nya, mengampuni dosa-dosa mereka dan membersihkan mereka dari segala kejahatan. Semoga Pelajaran Sekolah Sabat tentang mata pelajaran yang menarik dan penting ini menjadi inspirasi besar bagi semua orang yang mempelajarinya. Keinginan penulis, editor, dan penyusun adalah agar umat Tuhan semakin diberkati dan didekatkan dengan-Nya.
––Saudara dan Saudari di GC