Pertobatan, Bukan Sekedar Perubahan Perasaan
14 Agustus 2022
PERTOBATAN, BUKAN SEKEDAR PERUBAHAN PERASAAN
“Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Roma 6:4.
“ ‘Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.’ (Yehezkiel 36:25, 26).
Banyak orang yang berbicara kepada orang lain tentang perlunya hati yang baru, namun sendirinya tidak mengerti maksud kata-kata ini. Kaum mudalah yang khususnya tersandung pada ungkapan ‘hati yang baru’ ini. Mereka tidak tahu apa artinya. Mereka mencari perubahan khusus yang terjadi dalam perasaan mereka. Lalu mereka menyebutnya pertobatan. Karena kesalahan ini tidak memahami ungkapan, ‘Kamu harus dilahirkan kembali’ (Yohanes 3:7), inilah, ribuan orang telah tersandung kepada kebinasaan.
Setan menuntun orang untuk berpikir bahwa bila mereka telah merasakan kegembiraan perasaan berarti mereka telah bertobat. Namun, pengalaman mereka tidak berubah, perbuatan mereka masih sama seperti sebelumnya, kehidupan mereka pun tidak menunjukkan buah yang baik. …
“Orang berdosa yang telah diinsafkan akan dosanya memiliki sesuatu untuk dilakukan. Dia harus bertobat dan menunjukkan iman yang benar.
“Ketika Yesus berbicara tentang hati yang baru, yang Dia maksudkan adalah pikiran, kehidupan, seluruh hidup yang baru. Memiliki perubahan hati berarti menarik kasih sayang dari dunia, dan mengalihkannya pada Kristus dan terikat pada-Nya. Memiliki hati yang baru berarti memiliki pikiran baru, tujuan baru, dan motif yang baru. Apa tanda hati yang baru? Yakni, suatu kehidupan yang berubah. Ada kematian atas keegoisan dan keangkuhan di tiap-tiap hari, bahkan tiap-tiap jam.” –Messages to Young People, hal. 71, 72.