Penyucian Bukanlah Pekerjaan Sekejab Saja

PENYUCIAN BUKANLAH PEKERJAAN SEKEJAB SAJA

“Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.” Matius 15:8, 9.

“Mereka yang berjalan dalam bayang-bayang salib Golgota tidak akan meninggikan diri, tidak akan menyombongkan diri karena telah dibebaskan dari dosa. Mereka justru merasa bahwa oleh karena dosa-dosa merekalah yang menyebabkan penderitaan yang menghancurkan hati Anak Allah, dan pemikiran ini akan menuntun mereka kepada penyesalan yang mendalam akan dosa. Mereka yang hidup paling dekat dengan Yesus akan melihat dengan jelas kelemahan dan keberdosaan manusia, dan harapan mereka satu-satunya hanyalah pada jasa-jasa Juruselamat yang telah tersalib dan yang telah bangkit kembali itu.
“Sekarang ini, tema tentang pengudusan sedang menonjol di dunia keagamaan, dan bersamaan dengan itu menonjol pula roh meninggikan diri sendiri, dan ketidakpedulian kepada hukum Allah, yang menandakannya sebagai yang asing bagi agama Alkitab. Para penganjurnya mengajarkan bahwa penyucian adalah pekerjaan seketika, sekejap, oleh mana, melalui iman saja mereka memperoleh kekudusan yang sempurna. ‘Percaya saja,’ kata mereka, ‘dan berkat menjadi milikmu.’ Tidak diperlukan usaha-usaha lebih jauh di pihak si penerima, kata mereka. Pada waktu yang sama mereka menyangkal wewenang dan kekuasaan hukum Allah, dan mengaku-ngaku bahwa mereka telah dibebaskan dari kewajiban memelihara hukum-hukum atau perintah-perintah itu. Tetapi apakah mungkin bagi manusia menjadi kudus, sesuai dengan kehendak dan tabiat Allah, tanpa menyesuaikan atau menyelaraskan diri dengan prinsip-prinsip atau hukum Allah, yang adalah pernyataan sifat dan kehendak-Nya, dan yang menyatakan apa yang menjadi kesukaan bagi-Nya?” – The Great Controversy, hal. 471.

Pertanyaan-pertanyaan untuk direnungkan:
Apakah pemikiran bahwa percaya saja, maka berkat menjadi milikmu, adalah pemikiran yang benar?
Apakah sifat suka meninggikan diri, termasuk dosa mendasar pada manusia?
Apakah mungkin bagi manusia untuk menjadi kudus, dan selaras dengan kehendak dan tabiat Allah, tanpa perlu datang ke dalam keselarasan dengan prinsip-perinsip yang merupakan ungkapan sifat dan kehendak-Nya?

Leave a Reply

  Subscribe To Newsletter
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER

Keep up to date with the latest news, articles and weekly Sabbath School Lessons. In order to subscribe please provide us with your contact details bellow.

Note: We hate spam emails and we will never share your details with anyone else.

×