Menyelami Kedalaman Hukum Allah

11 Maret 2022

MENYELAMI KEDALAMAN HUKUM ALLAH

Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: “Jangan mengingini!” Roma 7:7.

Paulus mengatakan bahwa “tentang pendirian terhadap hukum”—sejauh menyangkut tindakan lahiriah—ia “tidak bercacat” (Filipi 3:5, 6), tetapi ketika ia menilik tabiat rohani hukum, ketika ia melihat ke dalam cermin suci itu, ia pun melihat dirinya sebagai orang berdosa. Dihakimi oleh standar manusia, dia telah menjauhkan diri dari dosa, tetapi ketika dia menyelami kedalaman hukum Allah, dan melihat dirinya pada keadaan sebagaimana Allah melihatnya, dia pun membungkuk dalam kerendahan hati, dan mengakui kesalahannya.” –Ye Shall Receive Power, hal. 289.
“Yesus mengambil hukum itu secara terpisah, dan menerangkan dalamnya dan lebarnya tuntutannya. Gantinya menghapuskan satu iota dari kekuasaannya, Ia justru menunjukkan betapa luas daya cakup prinsip-prinsip itu, dan menunjukkan kesalahan orang Yahudi dalam penurutan mereka yang hanya secara lahiriah. Dikatakan-Nya bahwa oleh pikiran jahat atau pandangan hawa nafsu saja, hukum Allah telah dilanggar. Barangsiapa yang menggabungkan diri kepada perbuatan yang tidak adil yang terkecil sekalipun berarti melanggar hukum dan merendahkan akhlaknya sendiri. Pembunuhan yang mula-mula terjadi dalam pikiran. Barangsiapa yang memberikan tempat kebencian di dalam hatinya ialah meletakkan kakinya pada jalan pembunuhan, dan persembahannya ialah kebencian kepada Allah…
“Memang betul bahwa ada kemarahan yang boleh dikatakan benar, sekalipun pada pengikut-pengikut Kristus. Apabila mereka melihat bahwa Allah dihina, dan pelayanan-Nya diperbantahkan, apabila mereka melihat orang yang tidak bersalah ditindas, amarah yang patut timbul dalam jiwa. Amarah yang demikian, terbit dari moral yang halus, bukanlah dosa. Tetapi barangsiapa yang merasa bebas menimbulkan perasaan yang membangkit-bangkitkan amarah atau dendam ialah membukakan hati kepada Setan. Kepahitan dan kebencian haruslah dibuang dari jiwa jika kita mau selaras dengan surga.” –The Desire of Ages, hal. 310.

Leave a Reply

  Subscribe To Newsletter
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER

Keep up to date with the latest news, articles and weekly Sabbath School Lessons. In order to subscribe please provide us with your contact details bellow.

Note: We hate spam emails and we will never share your details with anyone else.

×