Memandang Allah Muka Dengan Muka
29 Desember 2022
MEMANDANG ALLAH MUKA DENGAN MUKA
“Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.” Wahyu 21:3.
Umat Allah memiliki hak istimewa untuk mengadakan persekutuan terbuka dengan Bapa dan Putra. Sekarang kita “melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar,” 1 Korintus 13:12. Kita melihat citra Tuhan tercermin, seperti di cermin, dalam karya alam dan dalam hubungan-Nya dengan umat manusia; tetapi nanti, kita akan melihat Dia muka dengan muka, tanpa tabir yang meredup di antara kita dengan-Nya. Kita akan berdiri di hadapan hadirat-Nya dan menatap kemuliaan wajah-Nya.
Di sana pikiran kekal kita akan mempelajari keajaiban kekuatan penciptaan, dan misteri kasih penebusan dengan kegembiraan yang tiada habisnya. Tidak ada lagi musuh yang kejam dan licik untuk mencobai kita agar melupakan Allah. Setiap kesanggupan akan terus dikembangkan, setiap kapasitas akan terus ditingkatkan. Perolehan pengetahuan tidak lagi akan melelahkan pikiran atau menghabiskan energi. Di sana usaha-usaha terbesar dapat dijalankan, aspirasi-aspirasi tertinggi tercapai, dan ambisi-ambisi tertinggi dapat diwujudkan; dan masih akan muncul ketinggian-ketinggian baru untuk dilampaui, keajaiban-keajaiban baru untuk dikagumi, kebenaran-kebenaran baru untuk dipahami, serta tujuan-tujuan baru untuk membangkitkan kekuatan pikiran dan jiwa dan tubuh.
Dan seiring bergulirnya tahun-tahun kekekalan, mereka akan memantulkan citra Allah dan Kristus yang bertambah-tambah, semakin kaya dan semakin mulia. Karena pengetahuan itu maju, demikian pula dengan kasih, penghormatan, dan kebahagiaan akan terus meningkat. Semakin banyak seseorang belajar tentang Allah, maka semakin besar kekaguman mereka akan tabiat-Nya. –The Story of Redemption, hal. 432.