KERENDAHAN HATI VS. KEANGKUHAN
PELAJARAN SEKOLAH SABAT TAHUN 2023 KWARTAL PERTAMA “KEINGINAN ROH VS. KEINGINAN DAGING“
Persembahan Sekolah Sabat Istimewa untuk SANATORIUM CARLOS KOZEL di Peru
Kiranya persembahanmu menjadi cerminan dari bagaimana Tuhan telah memberkatimu!
9
Sabat, 4 Maret 2023
Kerendahan Hati vs. Keangkuhan
“Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN.” Zefanya 2:3.
“Kelemahlembutan dan kerendahan hati akan akan menjadi ciri dari semua orang yang patuh pada hukum Allah, dan bagi semua orang yang mau mengenakan kuk Kristus dengan tunduk. Karunia-karunia ini akan membawakan hasil damai sejahtera yang dirindukan dalam pelayanan Allah.….”–That I May Know Him, hal. 120.
MINGGU
KELEMAHLEMBUTAN
- Seperti apa tabiat Musa sebelum pertobatannya? Dari mana dia belajar menjadi lemah lembut?
Bilangan 12:3 Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.
Keluaran 2:11-15 Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. 12Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir. 13Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: “Mengapa engkau pukul temanmu?” 14Tetapi jawabnya: “Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?” Musa menjadi takut, sebab pikirnya: “Tentulah perkara itu telah ketahuan.” 15Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur. …
Matius 11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
“Dikelilingi oleh barisan gunung-gunung, Musa terasing bersama dengan Allah. Kuil-kuil Mesir yang megah itu tidak lagi mengesankan pikirannya dengan segala takhyul dan kepalsuannya. Di dalam suasana khidmat di antara bukit-bukit itu, ia dapat melihat keagungan Yang Mahatinggi, dan sebaliknya, kini ia menyadari betapa tidak berdayanya dan tidak berartinya ilah-ilah Mesir itu. Di mana-mana nama Khalik tertulis. Musa seolah-olah berdiri di tengah-tengah hadiratNya dan dikelilingi oleh kuasaNya. Di tempat ini kesombongannya dan sifat merasa diri cukup sama sekali dihapuskan. Di dalam kesederhanaan hidup di padang belantara, akibat-akibat daripada kemewahan dan kesenangan Mesir pun sirna dari dalam dirinya. Musa menjadi orang yang sabar, bersikap hormat dan rendah hati, ‘Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.’ (Bilangan 12:3), tetapi kuat di dalam iman kepada Allah Yakub yang berkuasa itu.” –Patriarchs and Prophets, hal. 248.
SENIN
- Tiga fase kehidupan apakah yang dilalui Musa? Apa yang dia pelajari di Mesir yang harus dia pelajari untuk tinggalkan di sekolah gurun Midian?
Kisah 7:23, 30, 36 Pada waktu ia berumur empat puluh tahun, timbullah keinginan dalam hatinya untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu orang-orang Israel…. 30Dan sesudah empat puluh tahun tampaklah kepadanya seorang malaikat di padang gurun gunung Sinai di dalam nyala api yang keluar dari semak duri…. 36Dialah yang membawa mereka keluar dengan mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di tanah Mesir, di Laut Merah dan di padang gurun, empat puluh tahun lamanya.
“Ia masih harus mempelajari pelajaran yang sama tentang iman yang telah diajarkan kepada Abraham dan Yakub—untuk tidak bersandar kepada kekuatan manusia atau kebijaksanaan manusia tetapi kepada kuasa Allah bagi kegenapan janji-janjiNya. Dan ada juga pelajaran lain yang, di tengah-tengah kesunyian di antara gunung-gunung itu, harus dipelajari oleh Musa. Di dalam sekolah penyangkalan diri serta kesukaran ia harus belajar untuk sabar dan untuk menahan nafsunya. Sebelum ia dapat memerintah dengan bijaksana, ia harus diajar untuk menurut. Hatinya harus selaras dengan Allah sebelum ia dapat mengajarkan pengetahuan tentang kehendakNya kepada Israel. Oleh pengalamannya sendiri ia harus dipersiapkan untuk mempraktekkan penjagaannya sebagai seorang bapa terhadap semua orang yang memerlukan pertolongannya.
Manusia sebenarnya tidak akan mau menjalani jangka waktu yang lama yang penuh dengan kesukaran, dan dalam keadaan yang terpencil seperti itu, dan menganggapnya sebagai pemborosan waktu. Tetapi Hikmat Yang Tidak Terbatas itu telah memanggil dia yang akan menjadi pemimpin bangsaNya untuk memakai jangka waktu empat puluh tahun itu, di dalam pekerjaan yang rendah sebagai seorang gembala. Kebiasaan untuk menjaga, kebiasaan untuk melupakan kepentingan diri, serta kebiasaan untuk memelihara kawanan dombanya itu, bila dikembangkan, akan menyediakan dirinya untuk menjadi gembala Israel yang berbelas-kasihan dan panjang sabar. Tidak ada keuntungan yang dapat diberikan oleh pendidikan manusia yang dapat menjadi pengganti bagi pengalaman ini.
Musa telah belajar banyak perkara yang sekarang harus ia lupakan. Pengaruh-pengaruh yang mengelilinginya di Mesir—kasih kepada ibu angkatnya, kedudukannya sendiri yang tinggi sebagai cucu raja, kehidupan yang gelojoh di sekitarnya, daya tarik dunia, tipu daya dan sifat mistik agama palsu, kemegahan daripada penyembahan berhala, dan keagungan daripada bangunan dan patung-patung—semuanya ini telah meninggalkan kesan yang dalam pada pikirannya yang sedang berkembang dan sedikit banyaknya telah membentuk kebiasaan serta tabiatnya. Waktu, perubahan lingkungan sekelilingnya, dan perhubungan dengan Allah dapat menghapuskan kesan-kesan ini. Hal-hal ini memerlukan pergumulan yang sungguh-sungguh dari pihak Musa sendiri untuk meninggalkan kesalahan dan menerima kebenaran, tetapi Allah akan menjadi penolongnya bilamana pergumulan tersebut menjadi terlalu hebat untuk dihadapi dengan kekuatan manusia.” –Patriarchs and Prophets, hal. 247, 248.
SELASA
- Bagaimana perasaan Musa ketika Tuhan memanggilnya dari semak yang terbakar dan menugaskannya untuk membebaskan umatnya dari Mesir? Rintangan apa yang dia lihat di luar maupun di dalam dirinya sendiri?
Keluaran 3:10, 11; 4:1, 10, 12 Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.” 11Tetapi Musa berkata kepada Allah: “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” … 4:1Lalu sahut Musa: “Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?”…. 10Lalu kata Musa kepada TUHAN: “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.”…. 12Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.
“Musa sedang memikir-mikirkan tentang kesulitan-kesulitan yang akan dihadapinya, dan juga tentang kealpaan, kebodohan serta sikap tidak percaya daripada bangsanya itu, dimana banyak dari antara mereka yang tidak mempunyai pengetahuan akan Allah. “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? — apakah yang harus kujawab kepada mereka?” Jawab-Nya adalah: “AKU ADALAH AKU.” “Demikian hendaklah kau katakan kepada bani Israel: Bahwa AKU ADA telah menyuruhkan daku mendapatkan kamu.” (Keluaran 3:13, 14).
Pertama-tama Musa diperintahkan untuk menghimpun pemimpin-pemimpin bangsa Israel, orang-orang yang paling bangsawan dan orang-orang yang benar di antara mereka, yang sudah lama merasa sedih karena penjajahan yang mereka alami, dan mengumumkan kepada mereka satu pekabaran dari Allah, dengan satu janji kelepasan. Kemudian ia harus pergi bersama-sama dengan pemimpin-pemimpin orang Israel itu untuk menghadap raja dan berkata kepadanya, ‘TUHAN, Allah orang Ibrani, telah menemui kami; oleh sebab itu, izinkanlah kiranya kami pergi ke padang gurun tiga hari perjalanan jauhnya untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allah kami.’ Keluaran 3:18.” –Patriarchs and Prophets, hal. 252, 253.
RABU
KEANGKUHAN
- Bagaimana firaun bereaksi berulang kali ketika Tuhan mengirim tulah-tulah ke Mesir?
Keluaran 5:1, 2; 7:13; 8:19, 32 Kemudian Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu berkata kepadanya: “Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Biarkanlah umat-Ku pergi untuk mengadakan perayaan bagi-Ku di padang gurun.” 2Tetapi Firaun berkata: “Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi.”…. 7:13Tetapi hati Firaun berkeras, sehingga tidak mau mendengarkan mereka keduanya — seperti yang telah difirmankan TUHAN…. 8:19Lalu berkatalah para ahli itu kepada Firaun: “Inilah tangan Allah.” Tetapi hati Firaun berkeras, dan ia tidak mau mendengarkan mereka — seperti yang telah difirmankan TUHAN…. 32Tetapi sekali inipun Firaun tetap berkeras hati; ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.
“Meskipun tirani yang angkuh karena kejahatannya ini telah kehilangan belas kasihan Allah, namun nyawanya masih dipelihara, sehingga melalui kekeraskepalaannya Tuhan dapat menyatakan keajaiban-keajaiban-Nya di tanah Mesir….
“Firaun ingat bagaimana dia pernah berseru, ‘Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi.’ (Keluaran 5:2). Sekarang, harga dirinya yang setinggi langit itu direndahkan dalam debu, dia memanggil ‘Musa dan Harun, katanya: Bangunlah, keluarlah dari tengah-tengah bangsaku, baik kamu maupun orang Israel; pergilah, beribadahlah kepada TUHAN, seperti katamu itu.’ (Keluaran 12:31).” –Patriarchs and Prophets, hal. 267, 279.
KAMIS
- Apa yang membuatnya berubah pikiran padahal dia telah mengizinkan orang Israel meninggalkan Mesir dengan keluarga dan harta benda mereka?
Keluaran 14:4-8 Aku akan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia mengejar mereka. Dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku, sehingga orang Mesir mengetahui, bahwa Akulah TUHAN.” Lalu mereka berbuat demikian. 5Ketika diberitahukan kepada raja Mesir, bahwa bangsa itu telah lari, maka berubahlah hati Firaun dan pegawai-pegawainya terhadap bangsa itu, dan berkatalah mereka: “Apakah yang telah kita perbuat ini, bahwa kita membiarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita?” 6Kemudian ia memasang keretanya dan membawa rakyatnya serta. 7Ia membawa enam ratus kereta yang terpilih, ya, segala kereta Mesir, masing-masing lengkap dengan perwiranya. 8Demikianlah TUHAN mengeraskan hati Firaun, raja Mesir itu, sehingga ia mengejar orang Israel. Tetapi orang Israel berjalan terus dipimpin oleh tangan yang dinaikkan.
“Orang-orang itu kemudian menyesalkan kebodohan mereka dalam menghubungkan kematian anak sulung dengan kuasa Allah. Orang-orang hebat mereka, setelah pulih dari ketakutan mereka, malah menganggap tulah-tulah itu sebagai akibat dari kejadian-kejadian alam. ‘Apakah yang telah kita perbuat ini, bahwa kita membiarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita?’ (Keluaran 14:5) menjadi seruan pahit mereka.” –Patriarchs and Prophets, hal. 283.
JUMAT
- Apa yang dilakukan orang Mesir, dan bagaimana reaksi orang Israel ketika pasukan Firaun menyerang mereka dari belakang?
Keluaran 14:10, 17-20 Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN…. 17Tetapi sungguh Aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku. 18Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda.” 19Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. 20Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu.
“Orang Ibrani berkemah di tepi laut, yang perairannya menghadirkan penghalang yang tampaknya tidak dapat dilewati di hadapan mereka, sementara di sisi selatan terdapatlah pegunungan yang terjal yang menghalangi kemajuan mereka selanjutnya. Tiba-tiba mereka melihat di kejauhan baju zirah yang berkilauan dan kereta perang yang sedang bergerak sebagai tanda barisan depan pasukan yang besar. Saat kekuatan itu tampak semakin dekat, pasukan Mesir pun terlihat dalam pengejaran penuh. Teror memenuhi hati Israel. Beberapa berseru kepada Tuhan, tetapi sebagian besar bergegas kepada Musa dengan keluhan mereka: ‘Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini.’ (Keluaran 14:11, 12)…
“Dalam persediaan baik-Nya, Allah telah membawa orang Ibrani ke pegunungan di seberang laut, agar Dia dapat menyatakan kuasa-Nya dalam pembebasan mereka dan secara nyata merendahkan kesombongan para penindas mereka. Dia dapat saja menyelamatkan mereka dengan cara lain, tetapi Dia memilih cara ini untuk menguji iman mereka dan memperkuat kepercayaan mereka kepada-Nya.” –Patriarchs and Prophets, hal. 283, 290.
SABAT
- Mukjizat besar apa yang Tuhan lakukan untuk umat-Nya, menunjukkan kuasa-Nya dan mengajar mereka untuk percaya kepada-Nya?
Keluaran 14:21-28 Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. 22Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. 23Orang Mesir mengejar dan menyusul mereka — segala kuda Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda — sampai ke tengah-tengah laut. 24Dan pada waktu jaga pagi, TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu. 25Ia membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang Mesir berkata: “Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab Tuhanlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir.” 26Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda.” 27Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu; demikianlah TUHAN mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut. 28Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka.
“Firaun mengumpulkan pasukannya, ‘Ia membawa enam ratus kereta yang terpilih, ya, segala kereta Mesir, masing-masing lengkap dengan perwiranya,’ pasukan berkuda, para kapten, dan prajurit infanteri. Raja sendiri, dengan dikawal oleh orang-orang besar di negaranya, yang telah memimpin pasukan penyerang itu. Untuk memperoleh pertolongan dewa-dewa dan dengan demikian memastikan sukses daripada usaha mereka itu, imam-imam juga turut bersama-sama dengan mereka. Raja telah bertekad untuk menakut-nakuti orang Israel dengan segala pertunjukan kekuatannya itu. Orang-orang Mesir takut jangan-jangan dengan menyerahnya mereka itu dengan secara terpaksa kepada Allah orang Israel, akan menjadikan mereka sebagai bahan ejekan di antara bangsa-bangsa lainnya; tetapi jikalau sekarang mereka pergi mengejar dengan segala kekuatan yang ada serta membawa budak-budak itu kembali, maka mereka berpikir mereka akan dapat menebus kembali kehormatan mereka itu bilamana mereka memperoleh kembali hamba-hamba itu untuk melayani mereka….
“Orang-orang lelah dan ketakutan, namun jika mereka menahan diri ketika Musa meminta mereka maju, Tuhan tidak akan pernah membuka jalan bagi mereka. Adalah ‘karena iman’ maka ‘mereka telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering.’ Ibrani 11:29. Dalam berjalan maju turun ke air, mereka menunjukkan bahwa mereka mempercayai firman Tuhan sebagaimana yang diucapkan oleh Musa. Mereka telah melakukan segala hal yang dapat mereka lakukan, dan kemudian, Yang Mahakuasa dari Israel membelah laut untuk membuat jalan bagi kaki mereka.” –Patriarchs and Prophets, hal. 283, 290.
UNTUK PELAJARAN TAMBAHAN
“Kerendahan hati dan sikap hormat harus menandai pembawaan semua orang yang datang ke hadirat Allah. Di dalam nama Yesus kita dapat datang kepadaNya dengan satu keyakinan, tetapi janganlah datang menghampirinya dengan keberanian yang sembrono, seolah-olah Dia itu sama tarafnya dengan diri kita. Ada orang-orang yang memanggil Allah yang agung, suci dan maha kuasa, yang bersemayam di tengah-tengah terang yang tidak terhampiri itu, seperti mereka memanggil orang-orang yang setaraf dengan diri mereka, bahkan seperti kepada seorang yang lebih rendah daripadanya. Ada orang-orang yang membawakan dirinya di dalam rumahNya dengan satu cara berbeda yang ia tidak akan berani lakukan bila ia sedang berada di ruang pertemuan bersama dengan seorang pemimpin dunia. Mereka ini harus mengingat bahwa mereka sedang berada di hadapan hadirat Dia yang diagungkan oleh para malaikat, yang mana bila di hadapanNya malaikat-malaikat akan menutupi mukanya. Allah harus dihormati; semua orang yang sungguh-sungguh menyadari kehadiranNya akan bersembah sujud dengan rendah hati di hadapanNya, dan seperti Yakub yang sedang melihat khayal tentang Allah, mereka akan berseru, ‘Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga.’ (Kejadian 28:17).’” –Patriarchs and Prophets, hal. 252.
* * *