Kebangunan Rohani Agama Hati Yang Sejati
3 Agustus 2022
SUATU KEBANGUNAN ROHANI AGAMA HATI YANG SEJATI
“Sebab mereka sendiri berceritera tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar.” 1 Tesalonika 1:9.
“… Di sini kita melihat bahwa kesalehan yang hidup, dan agama hati itu, telah diajarkan juga pada zaman Samuel sebagaimana diajarkan oleh Kristus, bahwa sekedar bentuk luar dari agama tidaklah berguna, bahkan kepada bangsa Israel zaman dahulu. Hal yang sama juga berlaku kepada Israel modern.
“Sekarang ini perlu diadakannya satu kebangunan rohani agama hati yang sejati, sebagaimana yang telah dialami oleh Israel kuno. Pertobatan adalah langkah yang pertama yang harus diambil oleh semua orang yang mau kembali kepada Allah. Tidak seorangpun dapat melaksanakan hal ini bagi orang lain. Secara pribadi kita harus merendahkan diri di hadapan Allah, dan membuangkan berhala-berhala kita. Bilamana kita sudah melakukan segala sesuatu yang dapat kita lakukan, maka Tuhan akan menyatakan kepada kita keselamatanNya.” –Patriarchs and Prophets, hal. 590.
“Sifat lama, yang lahir dari darah dan keinginan daging, tidak dapat mewarisi kerajaan Allah. Cara-cara lama, kecenderungan-kecenderungan turun-temurun, kebiasaan-kebiasaan sebelumnya, harus ditinggalkan; karena kasih karunia tidak diwariskan. Kelahiran baru terdiri dari kepemilikan akan motif yang baru, selera yang baru, dan kecenderungan-kecenderungan baru.
“Barangsiapa yang telah dilahirkan ke dalam hidup baru oleh Roh Kudus telah mengambil bagian dalam kodrat ilahi, sehingga, dalam segala kebiasaan dan praktik mereka, mereka akan memberikan bukti persekutuan mereka dengan Kristus itu.” –Ye Shall Receive Power, hal. 53.
“… Pertobatan sejati adalah adanya perubahan pada hati, pikiran dan tujuan hidup. Kebiasaan buruk harus ditinggalkan. Dosa-dosa berbicara jahat, kecemburuan, dan ketidaktaatan, harus disingkirkan. Peperangan melawan setiap sifat jahat dari tabiat, harus dilakukan. Kemudian orang yang percaya dapat dengan penuh pengertian mengambil janji: ‘Mintalah, maka akan diberikan kepadamu.’ Matius 7:7.” – Testimony Treasures, jilid 2, hal. 392.