“Kamu Harus Dilahirkan Kembali”
7 April 2022
“KAMU HARUS DILAHIRKAN KEMBALI”
“Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.” Yohanes 3:6, 7.
“Banyak orang yang mengaku menyembah Allah, tetapi tidak mempunyai pengetahuan yang telah teruji tentang Dia. Keinginan mereka untuk melakukan kehendak-Nya didasarkan atas dorongan hatinya sendiri, bukan atas keyakinan yang mendalam dari Roh Kudus. Kelakuan mereka tidak disesuaikan dengan hukum Allah. Mereka mengaku menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka, tetapi mereka tidak percaya bahwa Ia akan memberikan kepada mereka kuasa untuk mengalahkan dosa-dosanya. Mereka tidak mempunyai hubungan pribadi dengan Juruselamat yang hidup dan tabiat mereka menunjukkan cacat-cacat yang bersifat turunan maupun yang dibiasakan.
“Adalah merupakan satu hal penting untuk menyetujui secara umum perwakilan Roh Kudus dan selanjutnya menerima pekerjaanNya sebagai penasihat yang menyerukan pertobatan. Banyak orang merasa diri jauh dari Allah, dan menyadari tentang perhambaan mereka kepada diri dan dosa; mereka berusaha untuk mengadakan pembaruan, tetapi mereka tidak menyalibkan diri. Mereka tidak menyerahkan diri seluruhnya ke dalam tangan Tuhan, dan belum mencari kuasa Ilahi untuk melakukan kehendak-Nya. Mereka tidak mau dibentuk menurut rupa Ilahi. Secara umum mereka mengakui kelemahan-kelemahan mereka, tetapi mereka tidak meninggalkan dosa-dosa mereka. Oleh setiap perbuatan yang salah, sifat mementingkan diri yang lama pun menjadi semakin kuat.
Satu-satunya pengharapan bagi jiwa-jiwa ini ialah untuk menyadari dalam dirinya sendiri kebenaran perkataan Kristus kepada Nikodemus, “Kamu harus dilahirkan kembali.” “Jika seorang tidak dilahirkan kembali ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” Yohanes 3:7, 3. –Christ’s Object Lessons, hal. 48.
“Sifat lama, yang lahir dari darah dan keinginan daging, tidak dapat mewarisi kerajaan Allah. Cara-cara lama, kecenderungan-kecenderungan turun-temurun, dan kebiasaan-kebiasaan sebelumnya, harus ditinggalkan; karena kasih karunia bukanlah hal yang diwariskan manusia secara turun temurun. Kelahiran baru terdiri dari memiliki motif-motif, selera-selera, dan kecenderungan-kecenderungan yang baru.” –Ye Shall Receive Power, hal. 53.