Jangan Sampai Kebiasaan-Kebiasaan Buruk Dibiarkan
16 September 2022
JANGAN SAMPAI KEBIASAAN-KEBIASAAN BURUK DIBIARKAN
“Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.” Amsal 13:24.
“Beberapa orang ibu bapa telah membiarkan anak-anak mereka menderita dengan kebiasaan-kebiasaan yang salah, cacat itu dapat dilihat sepanjang umur hidupnya. Kepada ibu bapalah ditanggungkan dosa ini. Anak-anak ini mengaku sebagai orang-orang Kristen; namun tanpa adanya pekerjaan kasih karunia yang khusus atas hati mereka dan tidak adanya perubahan yang menyeluruh dalam kehidupan mereka, maka kebiasaan-kebiasaan mereka yang lalu pun masih nampak dalam segala pengalaman mereka, dan mereka akan mempertunjukkan kelakuan yang persis sama seperti yang dibiarkan oleh ibu bapa yang telah membentuk mereka.
“Jangan biarkan orang muda menderita dalam mempelajari yang baik dan yang jahat tanpa adanya pemisahan yang jelas, dengan berpikir bahwa yang baik akan bertumbuh dan yang jahat akan hilang pengaruhnya dengan sendirinya. Kejahatan akan lebih cepat dan lebih mudah bertumbuh daripada yang baik. Memang ada kemungkinan setelah beberapa tahun kejahatan yang telah mereka pelajari dan biasakan itu bisa saja dapat dibasmi; tetapi siapakah yang berani melakukan ini? Waktunya singkat. Lebih mudah dan jauh lebih aman untuk menabur bibit kesucian dan kebaikan dalam hati anak-anakmu daripada mencabuti rumput-rumput lalang yang terlanjur tumbuh di kemudian hari. Kesan-kesan yang telah tertanamkan dalam pikiran orang-orang muda susah untuk dihapuskan begitu saja. Itulah sebabnya penting agar kesan-kesan yang ditanamkan itu adalah kesan yang baik sehingga segala kuasa otak orang muda yang masih lentur dan mudah dibentuk itu dapat diluruskan pada arah yang benar.” –The Adventist Home, hal. 201.
“Anak-anak yang tidak pernah belajar untuk menurut akan memiliki tabiat yang lemah dan mudah terpengaruh oleh dorongan hati. Mereka berusaha untuk memerintah dan menaklukkan, tetapi tidak pernah belajar untuk menyerah dan patuh. Mereka tidak mempunyai kekuatan moral untuk mengekang sifat-sifat mereka yang tersesat, untuk memperbaiki kebiasaan mereka yang salah, atau untuk mengalahkan keinginan mereka yang tidak terkendalikan. Kesalahan-kesalahan dari masa kanak-kanak yang dibiarkan tidak dididik dan tidak didisiplin ini akan menjadi warisan pada waktu ia sudah menjadi dewasa. Pikiran yang sudah terlanjur menyeleweng ini akan sangat sulit untuk dapat membedakan antara yang benar dan yang palsu.” –Counsels to Parents, Teachers, and Students, hal. 112.