Hati Mereka Dipenuhi Dengan Sifat Suka Mementingkan Diri
HATI MEREKA DIPENUHI DENGAN SIFAT SUKA MEMENTINGKAN DIRI
“Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.” Filipi 2:3
“Dimana Roh Tuhan berada, maka disitu akan terdapat kerendahan hati, kesabaran, kelembutan, dan panjang sabar. Seorang murid Kristus yang sejati akan berusaha untuk meniru Pola tersebut. Dia akan belajar untuk melakukan kehendak Tuhan di bumi seperti yang di surga. Mereka yang hatinya masih tercemar oleh dosa tidak akan bersemangat melakukan perbuatan baik. Mereka gagal untuk menjaga empat aturan pertama dari Sepuluh Hukum, yang menjelaskan kewajiban manusia kepada Tuhan; mereka juga tidak menyimpan enam yang terakhir, yang mendefinisikan tugas manusia kepada sesamanya. Hati mereka dipenuhi dengan sifat mementingkan diri, dan mereka terus menerus berusaha mencari-cari kesalahan orang lain yang lebih baik dari diri mereka sendiri. Mereka meletakkan tangan mereka pada pekerjaan yang tidak diberikan Tuhan kepada mereka, tetapi meninggalkan pekerjaan yang Dia telah berikan untuk mereka kerjakan, yaitu memperhatikan diri mereka sendiri, jangan sampai akar kepahitan muncul, mengganggu gereja dan menajiskannya. Ketika mata mereka seharusnya diarahkan ke dalam untuk memeriksa dan mengkritik tindakan mereka sendiri, mereka mengalihkan pandangan mereka ke luar untuk mengamat-amati jangan-jangan ada tabiat orang lain tidak seharusnya menjadi tidak benar. Ketika mereka mengosongkan hati dari diri sendiri, yakni iri hati, dugaan jahat, kedengkian, mereka tidak akan naik ke kursi penghakiman dan malah mengucapkan hukuman kepada orang lain yang dalam pandangan Tuhan adalah lebih baik dari mereka. –Testimony Treasures, jilid 2, hal. 257.
Pertanyaan-pertanyaan untuk direnungkan:
Apakah saya termasuk sebagai murid-murid Kristus yang sejati yang berusaha untuk meniru Pola kita?
Apakah kita mengerti tentang apa yang Tuhan ingin kita perbuat?
Apakah kita memeriksa diri kita dengan sejujurnya untuk menemukan kondisi kerohanian kita yang sesungguhnya?