Hanya Injil Kristus Saja Yang Dapat Membebaskan Kita Dari Kecemaran Dosa
30 Maret 2022
HANYA INJIL KRISTUS SAJA YANG DAPAT MEMBEBASKAN KITA DARI KECEMARAN DOSA
“Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.” 1 Yohanes 3:1-3.
“Injil Kristus adalah Kabar Baik tentang kasih karunia, ataupun kemurahan hati, yang dengannya manusia dapat dibebaskan dari hukuman akibat kecemaran dosa dan dimampukan untuk taat kepada hukum Allah. Injil menunjuk pada hukum moral sebagai aturan hidup. Hukum itu, dengan tuntutannya untuk kepatuhan yang tidak menyimpang, terus-menerus mengarahkan orang berdosa kepada Injil, untuk dapat memperoleh pengampunan dan kedamaian.” –Mind, Character, and Personality, jilid 2, hal. 563.
“Langkah pertama untuk menerima pendamaian dengan Allah ialah pengakuan dosa. ‘Dosa ialah pelanggaran hukum Allah.’ ‘Oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.’ (1 Yohanes3:4; Roma 3:20). Agar dapat melihat dosanya, orang berdosa itu harus menguji tabiatnya dengan standar kebenaran Allah. Standar kebenaran itu adalah cermin yang menunjukkan penyempurnaan tabiat kebenaran, dan yang menyanggupkannya untuk melihat cacat pada dirinya.
“Hukum itu menunjukkan kepada manusia dosa-dosanya, tetapi tidak menyediakan obatnya. Sementara hukum itu menjanjikan hidup kepada yang menurut, ia menyatakan kematian sebagai bagian pelanggar. Hanya Injil Kristus saja yang dapat membebaskannya dari hukuman dan pencemaran dosa. Ia harus menunjukkan penyesalan kepada Allah, yang hukumNya telateia langgar; dan menyatakan iman kepada Kristus, korban pendamaiannya. Dengan demikian ia memperoleh ‘pengampunan dosa-dosa yang terjadi dulu,’ dan menjadi ikut mengambil bagian dalam sifat Ilahi. Iapun menjadi anak Allah, dengan menerima pengangkatan menjadi anak, di mana ia dapat berkata, ‘ya Abba, ya Bapa!’” –The Great Controversy, hal. 467.