Dengan Tekad yang Kuat, Mari Kita Berusaha Mengembangkan Tabiat Kita
25 Februari 2022
DENGAN TEKAD YANG KUAT, MARI KITA BERUSAHA MENGEMBANGKAN TABIAT KITA
“Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya.” Mazmur 37:27.
“ ‘Siapkanlah akal budimu,’ 1 Petrus 1:13, kata sang rasul; kemudian kendalikan pikiranmu, jangan biarkan mereka memiliki ruang lingkup penuh. Pikiran dapat dijaga dan dikendalikan oleh usaha kerasmu sendiri. Pikirkan pikiran-pikiran yang benar dan engkau akan melakukan perbuatan-perbuatan yang benar. Maka, engkau harus menjaga kasih sayangmu, tidak membiarkannya keluar dan menempel pada objek yang tidak pantas. Yesus telah membelimu dengan hidup-Nya sendiri; engkau adalah milik-Nya, oleh karena itu Dia harus dimintai pendapat dalam segala hal tentang bagaimana kekuatan pikiranmu dan kasih sayang hatimu akan digunakan….
“Setiap kecenderungan yang salah mungkin, melalui kasih karunia Kristus, ditekan, bukan dengan cara yang lesu, tidak tegas, tetapi dengan keteguhan tujuan, dengan tekad yang tinggi untuk menjadikan Kristus sebagai pola. Biarkan cintamu mengalir untuk hal-hal yang Yesus cintai, dan ditahan dari hal-hal yang tidak akan memberikan kekuatan untuk dorongan yang benar. Dengan tekad yang kuat berusahalah untuk belajar, dan untuk mengembangkan tabiatmu setiap hari. Engkau harus memiliki keteguhan tujuan untuk mengendalikan diri dan menjadi apa yang engkau tahu Tuhan akan senang untuk engkau capai.
“Pikiran tentang Tuhan dan surga skan meluhurkan. Tidak ada batasan keluhuran yang dapat engkau capai, karena itu akan seperti berenang di air yang tidak berbatas…. Tidak ada yang dapat merendahkan agama murni Kristus. Injil yang diterima akan menundukkan keagungan akal budi manusia dan merendahkan keangkuhan manusia, supaya hanya Allah saja yang ditinggikan. Tetapi dalam hal ini ia tidak akan mengerdilkan kecerdasan dan melumpuhkan energimu…. Agama yang benar membuka dan mengalirkan kekuatan mental. Keyakinan dan pertobatan akan dosa, penolakan akan diri, dan kepercayaan pada jasa darah Kristus tidak dapat dialami tanpa menjadikan individu itu lebih bijaksana, lebih intelektual, daripada sebelumnya. Tidak seorang pun akan menjadi bodoh secara mental bila ia mengarahkan perhatiannya kepada Tuhan. Hubungan dengan Tuhan adalah hubungan dengan segala kebijaksanaan sejati.” – That I May Know Him, hal. 135.