Cermin Ilahi
MARET
HUKUM ALLAH
CERMIN YANG MENUNJUKKAN CACAT DALAM TABIAT
1 Maret
CERMIN ILAHI
“Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.” Yakobus 1:25.
Ditulis selama perjalanan di Eropa
Di Dusseldorf kami berganti mobil, dan terpaksa menunggu dua jam di depot. Di sini kami memiliki kesempatan untuk mempelajari sifat manusia. Para wanita masuk, mengganti pakaian luar mereka, dan kemudian mengamati diri mereka sendiri di setiap sisi, untuk melihat apakah pakaian mereka telah tampak sempurna atau belum. Kemudian sentuhan ekstra bedak harus dioleskan ke wajah mereka. Lama mereka berlama-lama di depan cermin untuk mengatur pakaian luar mereka untuk kepuasan mereka dengan tujuan untuk dapat tampil terbaik ketika dilihat oleh mata manusia. Saya memikirkan hukum Allah, cermin moral yang agung yang harus dilihat oleh orang berdosa untuk menemukan cacat karakternya. Jika semua orang mau mempelajari hukum Allah, yang adalah standar moral tabiat, serta rajin dan kritis memeriksa diri di hadapannya seperti yang banyak orang lakukan terhadap penampilan luar mereka di cermin, dengan tujuan untuk memperbaiki dan merubah setiap cacat tabiat mereka, maka sungguh besar perubahan yang paling pasti akan terjadi pada mereka. ‘Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.’ (Yakobus 1:23, 24)….
Ada banyak orang yang melihat diri mereka cacat dalam tabiat ketika mereka melihat ke dalam cermin moral Allah, yakni hukum-Nya, tetapi mereka telah mendengar terlalu banyak bisikan ‘yang harus engkau lakukan hanya percaya saja’… lalu langsung pergi dari situ dengan mempertahankan semua kekurangan mereka, sambil bergumam, ‘Yesus telah melakukan semuanya.’ Ini dilambangkan dengan sosok yang Yakobus tandai—orang yang melihat dirinya sendiri si cermin, tapi segera pergi, dan melupakan seperti apa dia di cermin itu…. Iman dan perbuatan adalah dua dayung yang harus digunakan untuk mendayung perahu hidup kita melawan arus keduniawian, kesombongan, dan kesia-siaan; dan jika dayung ini tidak digunakan, maka perahu akan hanyut terbawa arus menuju kebinasaan. Tuhan tolonglah kami untuk menjaga keelokkan batiniah kami, untuk menata hati kami dengan hati-hati sebagaimana kami menata penampilan lahiriah kami.” –That I May Know Him, hal. 295.