Cawan Pahit
23 Juli 2022
CAWAN PAHIT
“Langkah orang ditentukan oleh TUHAN, tetapi bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan hidupnya?” Amsal 20:24.
“Allah adalah kasih. Dia peduli terhadap segala makhluk yang telah Dia ciptakan. ‘Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.’ Mazmur 103:13. ‘Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.’ 1 Yohanes 3:1. Betapa berhargaya hak istimewa ini, yang telah menjadikan kita putra dan putri Yang Mahatinggi, sebagai ahli waris Allah dan ahli waris bersama dengan Yesus Kristus. Maka janganlah kita bersedih dan berduka ketika dalam hidup kita sekarang ini ini kita tidak lepas dari kekecewaan dan kesengsaraan.
“Jika dalam pemeliharaan Allah kita dipanggil untuk menanggung pencobaan, marilah kita menerima salib dan minum cawan pahit itu dengan rela, mengingat tangan Bapa yang memegangnya di bibir kita. Marilah kita memercayai Dia senantiasa, baik dalam kegelapan malam maupun di tengah terang siang hari. Tidak maukah kita percaya bahwa segala yang diberikannya adalah demi kebaikan kita? ‘Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?’ Roma 8:32. Bahkan di malam kesengsaraan, bagaimana kita dapat menolak untuk mengangkat hati dan suara kita dalam pujian syukur, bilamana kita mengingat kasih-Nya kepada kita yang telah dinyatakan dalam salib Kalvari?” –Testimony Treasures, jilid 2, hal. 108, 109.
“Kristus adalah Penuntun dan Penghibur kita, yang senantiasa sedia menghibur kita dalam segala kesengsaraan kita. Ketika Dia memberi kita cawan pahit untuk diminum, Dia juga memegang secangkir berkat di bibir kita. Dia memenuhi hati dengan penyerahan, dengan sukacita dan kedamaian dalam percaya, dan memungkinkan kita untuk dengan patuh menyatakan, Bukan kehendak-ku, tetapi kehendak-Mu, ya Tuhan, jadilah. …Dengan keberserahan ini, harapan dibangkitkan, dan lengan iman memegang lengan kekuatan yang tak terbatas.” –Selected Messages, buku 2, hal. 270.