Biarlah Nyata Bahwa Agamamu adalah Agama Kasih
BIARLAH NYATA BAHWA AGAMAMU ADALAH AGAMA KASIH
“Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci. Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.” Titus 3:3-5.
“Tapi kita harus berhati-hati dalam memanjakan semangat fanatisme dan intoleransi. Kita tidak boleh berdiri terpisah dari orang lain dalam semangat yang seolah-olah berkata, “Jangan dekat-dekat saya; Saya lebih suci darimu.” Jangan menutup diri dari sesamamu, tetapi berusahalah untuk membagikan kepada mereka kebenaran berharga yang telah memberkati hatimu sendiri. Biarlah nyata bahwa agamamu adalah agama kasih
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius 5:16).
“Tetapi jika kita adalah orang Kristen, yang memiliki Roh Dia yang telah mati untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosa mereka, maka kita akan terlalu mengasihi jiwa-jiwa sesama kita, untuk ikut serta menerima kesenangan berdosa mereka dengan kehadiran kita atau pengaruh kita. Kita tidak kan mau menyetujui jalan mereka dengan bergaul dengan mereka, turut serta dalam pesta pora mereka dan perkumpulan mereka, yang tidak dipimpin Tuhan. Jalan seperti itu, akan jauh dari menguntungkan mereka, namun justru hanya akan membuat mereka meragukan realitas agama kita. Kita akan menjadi cahaya palsu, yang dengan teladan kita akan menuntun jiwa-jiwa menuju kebinasaan.” –Selected Messages, buku 2, hal. 128.
Pertanyaan-pertanyaan untuk direnungkan:
Apakah benar bila kita mengesampingkan orang-orang lain dalam roh yang seolah-olah berkata kepada mereka, “jangan dekat-dekat saya; Saya lebih suci darimu.”?
Bagaimana kita dapat menyatakan bahwa agama kita adalah agama kasih?
Dapatkah kita menghukum perbuatan orang-orang duniawi dengan cara bersekutu dengan mereka, dan ikut serta dalam pesta pora dan perkumpulan-perkumpulan mereka, dimana Tuhan tidak memimpin mereka?