Apakah Kita Telah Dibentuk Seturut Dengan Gambar-Nya?
APAKAH KITA TELAH DIBENTUK SETURUT DENGAN GAMBAR-NYA?
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.” Matius 5:22.
“‘Siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama.’ (Matius 5:22). Dalam menyerahkan Anak-Nya untuk penebusan kita, Allah telah menunjukkan betapa tingginya nilai yang Dia tempatkan atas tiap-tiap jiwa manusia, dan Dia tidak memberikan kebebasan kepada siapapun juga untuk berbicara menghina orang lain. Kita akan melihat kesalahan dan kelemahan orang-orang di sekitar kita, tetapi Tuhan telah menyatakan bahwa setiap jiwa adalah milik-Nya – milik-Nya melalui penciptaan, dan melalui pembelian oleh darah Kristus yang berharga. Semua telah diciptakan menurut gambar-Nya, dan bahkan yang kelihatan paling rendah sekalipun harus diperlakukan dengan hormat dan kelembutan. Tuhan akan meminta pertanggungjawaban kita bahkan untuk satu kata yang diucapkan untuk menghina satupun jiwa yang untuknya Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya.
“Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?” “Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh…” 1 Korintus 4:7; Roma 14:4.
“‘Siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.’ (Matius 5:22) Dalam Perjanjian Lama kata “bodoh” digunakan untuk menunjuk orang yang murtad, atau orang yang telah menyerahkan dirinya pada kejahatan. Yesus berkata bahwa barangsiapa mengutuk saudaranya sebagai murtad atau sebagai penghina Tuhan, menunjukkan bahwa ia sendiri layak menerima hukuman yang sama.” –Thoughts from the Mount of Blessings, hal. 56, 57.
Pertanyaan-pertanyaan untuk direnungkan:
Apakah pilihan kita, mengasihi atau membenci?
Apakah Allah menerima kasih yang alakadarnya?
Apakah kita memiliki kewenangan untuk menghakimi saudara-saudari kita?