Ambillah Air Kehidupan dengan cuma-cuma
AMBILLAH AIR KEHIDUPAN DENGAN CUMA-CUMA
“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.” 1 Petrus 4:10.
“Roh dan pengantin perempuan itu berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.” Wahyu 22:17.
“Mengingat pada apa yang dapat dilakukan jemaat, jika jemaat memenuhi tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepadanya, maka, akankah anggotanya tertidur, atau akankah mereka membangkitkan rasa hormat yang dianugerahkan kepada mereka melalui pemeliharaan Tuhan yang penuh belas kasihan? Akankah mereka mengumpulkan kepercayaan yang mereka warisi, untuk memanfaatkan cahaya saat ini, dan merasakan perlunya bangkit untuk memenuhi keadaan darurat mendesak yang sekarang muncul dengan sendirinya? Oh, kiranya semua orang mau bangkit dan menyatakan kepada dunia bahwa iman mereka hidup, bahwa suatu persoalan hidup yang penting sedang diperhadapkan kepada dunia, yakni bahwa Yesus akan segera datang. Biarlah umat manusia melihat bahwa kita memang umat yang percaya bahwa kita sedang berada di perbatasan dunia kekal.
“Pembangunan Kerajaan Allah akan terbelakang ataupun terdorong maju sesuai dengan ketidaksetiaan ataupun kesetiaan agen-agen manusia. Pekerjaan itu terhalang oleh kegagalan manusia untuk bekerja sama dengan yang ilahi. Orang-orang mungkin berdoa, “Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga; ” tetapi jika mereka gagal mempraktekkan doa ini dalam kehidupan mereka, maka permohonan mereka akan sia-sia. –Testimony Treasures, jilid, 3, hal. 70.
Pertanyaan-pertanyaan untuk direnungkan:
Apakah kita telah bangun dan menyatakan kepada dunia ini bahwa kita adalah umat yang setia itu, ataukah kita adalah orang yang sedang menunggu orang lain untuk bekerja?
Apakah kita menyaksikan kepada orang-orang di sekitar kita bahwa kita benar-benar umat percaya yang sedang berada di perbatasan dunia kekal?
Mengapa pekerjaan kita terhalang dengan kegagalan? Apakah secara pribadi kita sedang bekerjasama dengan Sorga? Apakah kita termasuk orang yang berdoa tanpa berbuat dan bekerja?